Akhirnya versi filmnya keluar juga. Begitu gumamku setelah sekian lama menunggu Ayat-ayat Cinta yang akan difilmkan. Karena dari novelnya yang memang luar biasa indahnya. Dengan penuh kehangatan, aku, suami dan keluarga menonton film tersebut. Sungguh terharu. Meski cukup signifikan banyak sekali perbedaannya antara novel dan filmnya.
Ada hal yang harus kita sepakati dahulu, bahwa novel tidak bisa dibandingkan dengan film. Novel adalah sebuah karya personal sedangkan film adalah karya kolektif. Sebuah novel sangat bergantung pada individualis penulisnya dan tidak koperatif dengan persoalan di luar kepentingan penulisnya. Sementara itu, sebuah film sangat bergantung pada banyak kepentingan koperatif; pemilik modal, sutradara, pemain, pasar, dan (kadang-kadang) politik. Film tentu tak seleluasa novel dalam bergerak.
Apa
yang kita harapkan dari sebuah film hasil adaptasi dari sebuah novel?
Idealnya tentu film tersebut mampu memvisualkan secara tepat seluruh isi
teks dalam novel. Tercapaikan? Dalam sejarah dunia perfilman hasil
adaptasi dari karya teks, tidak pernah ada yang mampu mencapai
kesempurnaan penerjemahan. Jadi, mengapa harus kecewa dan
mengumpat-umpat? Sebagai penikmat sebuah karya, AAC versi novel dan
versi film tetaplah sebuah karya yang luar biasa. Ke duanya harus
dilihat dari kacamata apresiasi bukan kacamata emosi.
Sangat
banyak perbedaan yang ditemukan dari AAC karya novel dengan karya film.
Banyaknya perbedaan ini wajar mengingat kedua karya itu juga mempunyai
sifat yang berbeda. Dari sekian banyak perbedaan itu, berikut ini
dipaparkan beberapa titik perbedaan yang dianggap penting, yang ikut
mempengaruhi alur cerita dan dianggap cukup mengganggu selera dalam
penikmatan AAC karya novel selama ini. Titik perbedaan tersebut adalah :
No.
|
Novel
|
Film
|
1. | Tokoh Maria tinggal bersama Tuan Boutros (ayah), Madame Nahed (ibu), dan Yousef (adik lelakinya). | Maria hanya tinggal bersama Madame Nahed (ibunya) |
2. | Saat pertemuan dengan Fahri di Metro (kereta listrik), Aisha memakai cadar biru muda dan ada tiga orang bule yang masuk, yaitu seorang nenek, pemudi, dan pemuda yang memakai topi berbendera Amerika | Saat di Metro, Aisha memakai cadar hitam (cadar warna ini selalu digunakan untuk seluruh adegan di film) dan hanya dua orang bule yang masuk, yaitu seorang wanita muda dan seorang nenek. |
3. | Nama wartawati Amerika yang dikenal Fahri di Metro adalah Alicia Brown | Nama wartawati Amerika itu adalah Alicia Abrams |
4. | Fahri memberi hadiah ulang tahun kepada Madame Nahed sebuah tas tangan dan untuk Yousef, anaknya, sebuah kamus bahasa Perancis | Tidak ada adegan pemberian hadiah itu. |
5. | Tuan Boutros sekeluarga mengajak Fahri dan teman-teman satu flatnya untuk makan bersama di sebuah restoran mewah | Tidak ada adegan makan bersama Tuan Boutros dengan Fahri di restoran |
6. | Fahri tidak biasa jalan berdua dengan Maria | Fahri sering jalan berdua dengan Maria |
7. | Tidak ada dialog antara Fahri dan Maria soal jodoh | Fahri dan Maria berbincang soal jodoh sambil menikmati sungai nil |
8. | Noura disiksa oleh Bahadur dan kakaknya ketika Fahri dan teman-temannya sedang bersantap malam di flat saat tengah malam. | Noura disiksa hanya oleh Bahadur ketika Fahri, tapi terlihat sibuk sendiri di kamarnya dan bukan sedang santap malam |
9. | Keluarga Boutros mengetahui kalau Noura disiksa oleh Bahadur malam itu dan mengusulkan kepada Fahri bahwa sebaiknya Noura tinggal sementara di rumah orang yang seiman daripada tinggal di rumah mereka karena berbagai alasan | Tuan Boutros sejak awal tidak ditampilkan sehingga adegan tersebut tidak ada |
10. | Fahri meminta Nurul melalui telepon agar bersedia menampung Noura di rumahnya | Fahri menemui langsung Nurul untuk meminta hal itu |
11. | Noura tidak mau bercerita masalah yang menimpanya kepada Maria dan Fahri saat dia ditampung | Noura mau bercerita secara terbuka masalah yang menimpanya kepada Maria dan Fahri saat dia ditampung |
12. | Fahri sakit parah karena terlalu sering kepanasan | Tidak ada adegan Fahri sakit |
13. | Saat mengaji dengan Syaikh Ustman, Fahri ditawari syaikh untuk berjodoh dengan keponakannya dengan memperlihatkan foto-foto calon istri yang ditawarkan agar Fahri dapat mengenalnya | Syaikh Ustman tidak terlihat melakukan itu dan Fahri langsung datang begitu saja ke perjodohan |
14. | Fahri menikah di mesjid | Fahri menikah di flat Aisha |
15. | Setelah menikah dengan Fahri, Aisha tidak pernah terlihat cemburu kepada Fahri | Aisha gampang cemburu kepada Fahri |
16. | Aisha memberikan 2 buah ATM kepada Fahri | Tidak ada adegan pemberian ATM |
17. | Aisha menceritakan masa lalu keluarga, ayah dan ibunya kepada Fahri | Tidak ada adegan menceritakan masa lalu itu |
18. | Sejak tahu Fahri menikahi Aisha, Maria sakit hati dan langsung jatuh sakit. | Menikahnya Fahri dengan Aisha tidak mengakibatkan Maria jatuh sakit dan sakitnya Maria justru karena ditabrak mobil |
19. | Tidak ada cerita Maria ditabrak orang suruhan Bahadur | Maria ditabrak mobil oleh orang suruhan Bahadur |
20. | Tidak ada cerita komputer PC Fahri dijual oleh Aisha | Aisha menjual komputer PC Fahri tanpa sepengetahuan Fahri dan menggantinya dengan laptop |
21. | Fahri baru mengetahui bahwa Nurul ternyata juga menyukainya jauh sebelum dia menikahi Aisha | Fahri mengetahui bahwa Nurul ternyata juga menyukainya justru sesudah dia menikahi Aisha |
22. | Setelah menikah, Aisha dan Fahri pindah di flat mewah Aisha | Fahri langsung tinggal di flat Aisha dan tidak ada adegan pindah rumah |
23. | Teman satu sel Fahri di penjara berjumlah 5 orang | Teman satu sel Fahri hanya satu orang |
24. | Dalam penjara, Fahri disiksa setiap hari oleh polisi Mesir | Fahri hanya sekali sekali saja disiksa |
25. | Aisha sempat ingin diperkosa oleh polisi Mesir | Tidak ada adegan percobaan perkosaan itu |
26. | Buku harian Maria diserahkan oleh Madame Nahed kepada Fahri | Buku harian Maria diserahkan oleh Madame Nahed kepada Aisha |
27. | Madame Nahed dan Yousef yang meminta Fahri agar merekam suaranya untuk diperdengarkan dengan Maria | Aisha yang meminta Fahri agar merekam suaranya untuk diperdengarkan dengan Maria |
28. | Tuan Boutros dan Madame Nahed yang mengajukan izin kepada kepala penjara agar membolehkan Fahri untuk menjenguk Maria di rumah sakit | Aisha yang mengajukan izin kepada kepala penjara agar membolehkan Fahri untuk menjenguk Maria di rumah sakit |
29. | Maria jatuh pingsan saat memberikan kesaksian di pengadilan | Tidak ada adegan Maria jatuh pingsan |
30. | Seorang penembak burung hantu yang sebelumnya memberikan kesaksian palsu akhirnya mengakui kebohongannya saat di persidangan Fahri | Penembak burung hantu yang menjadi saksi tidak mengakui kebohongannya |
31. | Menjelang akhir hayatnya, Maria meminta Fahri untuk mengajarkannya berwudhu karena dia bermimpi bahwa dia tidak dapat masuk sorga kalau tidak berwudhu | Menjelang akhir hayatnya, Maria meminta Fahri untuk mengajarkannya shalat dan dia tidak diceritakan bermimpi |
Melihat
titik perbedaan seperti yang dipaparkan di atas, kita sepakat bahwa ada
bagian-bagian yang berbeda antara film AAC dengan karya novelnya. Apa
yang menyebabkan perbedaan itu tentu harus kita jawab dengan memahami
prinsip kerja masing-masing jenis karya itu. Sebagai sebuah karya teks,
novel memiliki kebebasan yang luar biasa dalam mengeksplorasi dirinya
walaupun hanya sebatas kata-kata. Sebaliknya film memiliki keterbatasan
dalam menerjemahkan teks ke bentuk visual, tetapi memiliki keleluasaan
mengeskpresikan ide-ide barunya ke dalam bahasa gambar.
Habiburahman
El Shirazy, sebagai pengarang AAC, telah memberikan banyak pengalaman
batin kepada kita soal romantisme islam dan problemanya. Sementara,
Hanung Bramantyo, sebagai sutradara, telah memberikan gambaran kepada
kita bagaimana romantisme islam itu tampil dalam wujudnya. Kita harus
mengucapkan terimakasih atas kerja kreatif mereka berdua. Persoalan ada
kesenjangan antara ke dua karya itu, diserahkan kepada kita selaku
penikmat. Sikap yang paling bijak adalah menikmati dan memberikan
penghargaan atas ke dua karya itu, termasuk keharusan memberikan kritik
sebagai apresiasi atas karya tersebut.
Thanks for your post! :)
BalasHapussemoga bermanfaat ya :)
BalasHapusThanks a lot ya ka Resha , sangat bermanfaat :)
BalasHapushuhu. walaupun kecewa berat. tapi ya sudahlah. xD
BalasHapusLalu syaikh utsman yang diceritakan di film kan meninggal apakah di novel juga meninggal? Karena seingat saya di novel yang ke dua syaikh utsman masih ada (menawarkan fahri menikahi cucunya)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKebetulan saya melewatkan novelnya yang pertama
Hapus